Minggu, 16 Oktober 2011

DARWIN, ADAM DAN SIMPANSE

DARWIN, ADAM DAN SIMPANSE[1]
Kajian Filsafat Atas Penciptaan Manusia di Bumi
Moh. Taufick Hidayattulloh[2]


Pendahuluan
Kalau kita baca buku Stephen Hawking[3], dan juga membaca buku Charles Darwin[4],  kesadaran kita akan segera tergiring pada sebuah fakta mendasar bahwa sistem besar yang bekerja di jagat raya ini, baik jagat makro maupun mikro, tak lain adalah evolusi. Dari sejak berdirinya jagat raya hingga pembentukan “interior-interiornya”, sistem besar yang bekerja adalah evolusi.
Dalam buku, Hawking menjelaskan bahwa jagat raya ini bermula dari sebuah singularitas[5] pada sekitar 10 milyar tahun lampau. Dari singularitas inilah terjadi Big Bang, sebuah dentuman besar. Setelah terjadi ledakan besar, jagat raya kemudian terus-menerus mengalami proses pemuaian. Dalam perjalanan pemuaian ini, temperatur jagat raya lambat laun mengalami penurunan. Pemuaian terus-menerus yang sekaligus dibarengi oleh penurunan temperatur, kodrat jagat raya kemudian berakhir pada sebuah singularitas, sebagaimana ia muncul awal mula.[6]
Pada singularitas kali ini, jagat raya akan mengalami Kerkahan Besar atau Big Crunch.  Perkiraan astronomis, dari waktu sekarang sampai terjadinya peristiwa Kerkahan Besar nanti, juga dibutuhkan waktu 10 milyar tahun. Kerkahan besar inilah yang dalam ramalan para ahli astronomi disebut sebagai akhir dari riwayat sang kala atau berakhirnya sang waktu. Dalam bahasa agama peristiwa Kerkahan Besar ini disebut sebagai Hari Akhir atau Kiamat Semesta.
Pada level jagat mikro, kita juga melihat hal yang sama. Sebagaimana halnya jagat makro bermula dari singularitas, jagat mikro juga bermula dari sebuah “singularitas”, yakni amoeba, makhluk bersel satu serba bisa di mana semua tugas dapat dilakukan olehnya tanpa mengalami tumpang tindih. Yang agak berbeda mungkin adalah apakah makhluk-makhluk yang beragam ini akan berakhir pada sebuah “singularitas” juga ataukah tidak, sebagaimana berakhirnya jagat makro.
Bermula pada sebuah kubangan kaldu purba yang pas komposisi adonannya, makhluk bersel satu tersebut kemudian mengalami proses spesiasi atau percabangan spesies baru, dari yang simpel sampai ke bentuk yang kompleks. Richard Dawkins[7] menyebut proses spesiasi itu sebagai “a long goodbye”, sebuah ucapan selamat tinggal yang sangat jauh oleh spesies baru terhadap spesies lama. Itulah Yang disebut proses evolusi.
Evolusi[8] (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam.
Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Teori evolusi mengandaikan Semua organisme di bumi merupakan keturunan dari leluhur atau lungkang gen leluhur yang sama.[9] Spesies masa kini yang juga berada dalam proses evolusi dengan keanekaragamannya merupakan hasil dari rentetan peristiwa spesiasi dan kepunahan. Nenek moyang bersama organisme pertama kali dideduksi dari empat fakta sederhana mengenai organisme. Pertama, bahwa organisme-organisme memiliki distribusi geografi yang tidak dapat dijelaskan dengan adaptasi lokal. Kedua, bentuk keanekaragaman hayati tidaklah berupa organisme yang berbeda sama sekali satu sama lainnya, melainkan berupa organisme yang memiliki kemiripan morfologis satu sama lainnya. Ketiga, sifat-sifat vestigial dengan fungsi yang tidak jelas memiliki kemiripan dengan sifat leluhur yang berfungsi jelas. Terakhir, organisme-organisme dapat diklasifikasikan berdasarkan kemiripan ini ke dalam kelompok-kelompok hirarkis.
Spesies-spesies lampau juga meninggalkan catatan sejarah evolusi mereka. Fosil, bersama dengan anatomi yang dapat dibandingkan dengan organisme sekarang, merupakan catatan morfologi dan anatomi. Dengan membandingkan anatomi spesies yang sudah punah dengan spesies modern, ahli paleontologi dapat menarik garis keturunan spesies tersebut. Namun pendekatan ini hanya berhasil pada organisme-organisme yang mempunyai bagian tubuh yang keras, seperti cangkang, kerangka, atau gigi. Lebih lanjut lagi, karena prokariota seperti bakteri dan arkaea hanya memiliki kemiripan morfologi bersama yang terbatas, fosil-fosil prokariota tidak memberikan informasi mengenai leluhurnya.
Baru-baru ini, bukti nenek moyang bersama datang dari kajian kemiripan biokimia antar spesies. Sebagai contoh, semua sel hidup di dunia ini mempunyai set dasar nukleotida dan asam amino yang sama. Perkembangan genetika molekuler telah menyingkap catatan evolusi yang tertinggal pada genom organisme, sehingga dapat diketahui kapan spesies berdivergen melalui jam molekul yang dihasilkan oleh mutasi. Sebagai contoh, perbandingan urutan DNA ini telah menyingkap kekerabatan genetika antara manusia dengan simpanse dan kapan nenek moyang bersama kedua spesies ini pernah ada.
Permasalahan
1.      Apakah Benar Adam Merupakan Manusia Pertama..?
 “Teori Evolusi tidak menyebutkan bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi menemukan konklusi adanya kekerabatan genetic antara manusia dengan simpanse, sehingga bisa jadi, Adam yang diyakini agama samawi sebagai orang pertama adalah merupakan evolusi dari simpanse tersebut. hal itu juga tidak bertentangan dengan Firman Alloh dalam QS. Al-Baqoroh ayat 30 yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.”.
Di sini, Al-Qur’an menggunakan Frasa JA’ILUN, yang artinya menjadikan. Tidak menggunakan Kata KHOLIQUN, Mencipta. Menjadikan artinya, memang sebelumnya telah ada bahan, ada material, sebelum kemudian DIJADIKAN sebagai ADAM. Bisa jadi, material yang dijadikan ADAM menurut pengertian ayat tersebut adalah SIMPANSE (MONYET), dan menjadikannya melalui proses yang dinamakan evolusi. Melalui proses genetikal. Beda kalau menggunakan frase KHOOLIQUN, Mencipta, sehingga sebelumnya berasal dari ketiadaan, melalui proses yang revolusioner, langsung dijadikan ADAM.
2.      Apakah Benaar Manusia adalah turunan kera
Bukti lain bahwa manusia merupakan “turunan” kera, adalah adanya beberapa kalimat[10] dalam Al-Qur’an yang menggambarkan manusia sebagaimana kera, yang bisa diartikan kembali pada masa lalu kejadiannya, sebelum dijadikan menjadi manusia.
Pembahasan Masalah
1.      Adam Adalah Manusia Pertama
Kata Adam berasal dari bahasa Ibrani, yang berarti tanah, manusia, atau cokelat muda. Memang Al-Qur’an menyebutkan bahwa Adam AS diciptakan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk[11]. Menurut keyakinan ajaran Islam, Adam merupakan manusia pertama, ketika diciptakan seorang diri [12], dan Hawa, adalah manusia kedua setelah Adam, yang diciptakan dari tulang belikat Adam AS[13]. Sehingga tidaklah mendasar kalau menyatakan bahwa Adam ini merupakan evolusi dari simpanse atau sejenisnya.
Menurut ajaran Islam, Adam adalah manusia sempurna, berjalan tegak dengan kedua kakinya, berpakaian yang menutup aurat, berbahasa fasih dengan jutaan kosa kata[14]. Dia adalah seorang nabi yang menerima wahyu dari Allah serta syariat khusus untuk manusia saat itu. Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan makhluk purba. Ia adalah makhluk penghuni surga yang penuh peradaban maju. Turun ke muka bumi bisa dikatakan sebagai alien dari sebuah peradaban yang jauh lebih maju dan jauh lebih cerdas. Karena itulah disebut sebagai `khalifah` di muka bumi dan ia dikatakan jenis makhluk terbaru di muka bumi yang sebelumnya belum pernah ada.
Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik.[15] Bahkan konon, dahulu ketika baru selesai diciptakan, seluruh malaikat bersujud kepadanya atas perintah Allah[16], lantaran kecerdasannya itu. Kecerdasannya menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah ada. Sama sekali berbeda jauh dari gambaran manusia purba-nya Charles Darwin, yang digambarkan berjalan dengan empat kaki dan menjadi makhluk purba berpakaian seadanya.
Sebelum kehadiran manusia telah banyak umat yang terdiri malaikat, jin, hewan, tumbuhan dan sebagainya[17], karena dalam Al-Qur'an ciptaan Allah disebut juga dengan kata umat[18]. Menurut syariat Islam, manusia tidak diciptakan dibumi, tapi manusia dijadikan khalifah (pengganti/penerus) di bumi[19], sebagai makhluk pengganti yang tentunya ada makhluk lain yang di ganti, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah Makhluk Pertama' dibumi, tetapi ia adalah 'Manusia Pertama' dalam ajaran Agama Samawi, dan Allah tidak mengatakan untuk mengganti manusia sebelumnya, tapi pengganti makhluk yang telah membuat kerusakan dan menumpahkan darah dibumi.
Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga,[20] tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi[21] bersama istrinya karena mengingkari ketentuan Allah. Maka jelaslah bahwa Adam diciptakan oleh Alloh dari tanah liat kering yang dibentuk, kemudian ditiupkan ruh seketika (kun fayakun)[22], bukan melalui proses panjang evolusi dari simpanse, segolongan monyet, yang hidup liar di hutan belantara, sebagaimana gambaran dalam teori Darwin.
Frase “ja’ilun”, menjadikan, di dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa ada proses penciptaan berdasar material sebelumnya, yakni Adam yang diciptakan di surga, dan akan dijadikan pemimpin, penguasa, khalifah di bumi. Kalau khooliqun, mencipta, tentu berawal dari nol. Dari tiada, padahal Adam itu sudah ada, hanya saja belum hidup di bumi.
Pertanyaan Malaikat begitu meresposn niat Tuhan untuk menjadikan (manusia) sebagai khalifah di bumi :
Malaikat-malaikat itu berkata "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Saya tidak menerjemahkan kata man dalam ayat tersebut dengan manusia secara leterlek, karena menurut pemahaman saya, kata man dalam ayat tersebut merupakan isim maushul lil aqli, yakni kata ganti untuk penyebutan bagi mahluk yang berakal, dan bukan manusia, karena saat malaikat mengucapkan kalimat tersebut, di bumi belum ada malaikat, dan Alloh belum menciptakan Adam AS. Hal itu menegaskan bahwa sebelum ada manusia di bumi, telah ada mahluk hidup lain yang dikaruniai akal, (jadi bukan tumbuhan, karena isim mausul lighoiri aqlin adalah ma), dan punya kebiasan selalu merusak, dan gemar melakukan permusuhan / pertumpahan darah[23].
Maka Malaikat merasa khawatir kalau yang dijadikan khalifah di bumi adalah mahluk seperti itu, dan jawaban Alloh : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” menjadi isyarat bahwa untuk memegang amanah kekhalifahan di bumi itu tidak cukup hanya dengan lafadz tasbih dan tahmid, tetapi perlu disiplin ilmu pengetahuan yang komplit yang tidak dimiliki oleh mahluk sebelumnya.
2.      Adam Bukan Turunan Kera
Hujjah yang menyatakan kebenaran Teori Darwin adanya beberapa kalimat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan manusia sebagaimana kera, yang bisa diartikan kembali pada masa lalu kejadiannya, sebelum dijadikan menjadi manusia adalah alas an yang tidak mendasar dan cenderung asal comot, karena ada juga banyak ayat dalam Al-Qur’an yang membuat penggambaran terhadap manusia, seperti misalnya rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang[24]. Hal itu bukan berarti bahwa manusia tercipta dari rumput kering.
Penggambaran manusia dengan perumpamaan kera, justru merupakan hinaan dari Alloh SWT, dan menganggap mereka yang tetap melanggar hukum, fasik, kufur, percaya pada hari-hari naas, adalah gambaran yang paling hina-dina,[25] sehingga kecil kemungkinannya kalau hal itu merupakan pembenaran Alloh terhadap asal-usul manusia yang menurut Teori Darwin merupakan evolusi dari simpanse/kera.

Penutup.
Evolusi ataupun Revolusi Dalam Penciptaan Adalah Hak Prerogrativ Alloh
Melihat paparan di atas, maka penciptaan manusia sesungguhnya merupakan manifestasi dari kecintan Tuhan pada alam yang diciptakan-Nya, dan itulah cara Alloh untuk menjaga kesinambungan ciptaan-Nya.
Mari kita renungkan, mengapakah Tuhan menciptakan langit dan bumi dalam enam kurun waktu[26], padahal sangat mudah bagi-Nya kalau hanya menciptakan dalam waktu ruang singkat. Untuk apa Tuhan menghidupkan segala sesuatunya dari/melalui air,[27] padahal tanpa itupun akan sangat mudah bagi-Nya untuk melakukan atau tidak melakukan apapun.
Kesemuanya itu merupakan teks terbuka, bahwa dalam konsepsi Tuhan, ada peluang bagi khalifah yang dipilihnya untuk melakukan penafsiran, penelitian, dan serangkaian kegiatan ilmiyah sesuai kemampuan akal yang diberikan kepada manusia, untuk menyingkap rahasia-rahasia besar penciptaan alam seisinya.
Penunjukan khalifah di bumi, merupakan cara Tuhan untuk merawat dan menjaga keberlangsungan kehidupan dunia, walaupun andai tanpa adanya khalifah, tanpa penciptaan manusia sama sekalu, Tuhan dengan sangat mudah menggunakan kekuasaan-Nya untuk tetap menjaga keberlangsungan alam raya ini, tetapi, tahapan penciptaan khalifah ini sekali lagi menunjukkan bahwa ada ruang yang begitu terbuka untuk menggali kebesaran Alloh SWT melalui semesta yang dipercayakan kepada manusia, termasuk didalamnya kemungkinan adanya evolusi biologis yang menyebabkan munculnya spesies-spesies baru yang kian mengisi kelengkapan jagad raya, dan sekali lagi, kesemuanya itu justru kian menyempurnakan kebesaran Alloh di mana manusia.

Strategi penciptaan, baik melalui proses panjang evolusi, maupun menggunakan lompatan proses (revolusi) biologis, kesemuanya itu mutlak merupakan hak prerogratif Alloh, sesuai sifat yang dimilikinya, FI’LU KULLI MUMKININ AU TARKUHU.. Melakukan sesuatu atau tidaki melakukan sesuatu, adalah dua mata pedang yang bias digunakan oleh Alloh tanpa adanya dorongan dari manapun.

Tuhan, tidak terjebak oleh teori-teori alam, tetapi kitalah yang mensi menerjemahkan kemahaan-Nya secara ilmiyah agar lebih mempertebal keimanan, dan saat metode-metode ilmiyah tersebut tidak bias memecahkan lontaran-lontaran pertanyaan dari Tuhan, maka jalan keluarnya hanya satu, percaya akan sgala kemahan-Nya, tanpa reserve.. Itulah puncak iman.

Cilacap, 27 Nopember 2010
PEMBUAT MAKALAH

MOH. TAUFICK HIDAYATTULLOH.













DAFTAR PUSTAKA


Charles Darwin Asal Usul Spesies (The Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life) Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Toha Putra Semarang, 1989.
Penny D, Poole A : "The nature of the last universal common ancestor". Curr. Opin. Genet. Dev. 1999.
Richard Dawkins (Terj.), Sungai dari Firdaus: Suatu Pandangan Darwinian tentang Kehidupan, Jakarta: KPG, 2005.
Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala: Dari Dentuman Besar hingga Lubang Hitam (Terjemahan dari Naskah Asli : A Brief History of Time) Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995
White, Michael & Gribbin, John: "Darwin: A Life in Science", Simon & Schuster, London, 1995.
www.id.wikipedia.org/wiki/evolusi/cite#




[1]Makalah, disusun sebagai Tugas Mata Kuliyah : Pendekatan Dalam Pengkajian Islam, Pada Program Paska Sarjana Magister Pendidikan Islam Universitas NU Surakarta, dengan Dosen Pengampu : Prof. DR. H. Abdullah Hadzik, MA.
[2] Mahasiswa Paska Sarjana Program Magister Pendidikan Islam Universitas NU Surakarta
[3] . Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala: Dari Dentuman Besar hingga Lubang Hitam ([A Brief History of Time] Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995
[4] Charles Darwin Asal Usul Spesies (The Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life] jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007
[5] Singularitas adalah fenomena di alam semesta yang tidak dapat diselesaikan oleh hukum-hukum fisika yang kita ketahui saat ini.
[6] Teori Hawking ini selaras dengan Firman Alloh dalam Q.S : Al-Anbiyaa’ ayat 30 :
“Dan tidaklah orang-orang kafir itu melihat bahwa sama’ (ruang-waktu) dan ardh (ruang-materi) itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya.”
[7] Richard Dawkins, dalam bukunya, Sungai dari Firdaus: Suatu Pandangan Darwinian tentang Kehidupan (Jakarta: KPG, 2005, hal. 8)
[8] White, Michael & Gribbin, John: "Darwin: A Life in Science", Simon & Schuster, London, 1995. Diunduh dari : www.id.wikipedia.org/wiki/evolusi/cite#
[9] Penny D, Poole A (1999). "The nature of the last universal common ancestor". Curr. Opin. Genet. Dev. 9 (6): 672–77. Sebagaimana dikutip dalam www.id.wikipedia.org/wiki/evolusi/cite#
[10] Tercatat ada empat ayat dalam Al-Qur’an yakni : QS. Al-Baqoroh : 65 : “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera  yang hina." QS. An-Nisa : 155 : Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka., Al-Maidah : 60 : Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?." Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. Dan QS. Al-Arof : 166 : Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina.
[11] QS : Al Hijr : 26.. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
[12] QS. Al-An’am : 98. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri (Yakni Adam), maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui

[13] QS An Nisa : 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menjadikan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu
[14] QS. Al Baqoroh : 31 : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar
                [15] QS Al-Isra” : 70 :
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Juga Surat Attin : 4 :  sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
[16] Qs Al-A’raf : 11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[17]QS.  Al-Hijir : 70 : Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
        [18] QS. Al-An’am : 38 : Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan
                [19] QS.Al-Baqoroh :30 :Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
[20] Al-‘Arof : 19 :  (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."  dan juga dalam QS. Al-Baqoroh : 35, Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim
[21] QS. Al-Baqoroh : 36 : Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula[39] dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan
[22] QS. Ali Imron : 59   Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan)Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.”.
[23] Siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat diatas. Dalam literatur Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang ada makhluk lain sebelum manusia. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memilki karakteristik yang sangat primitif dan tidak berbudaya. Volume otak mereka lebih kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka berbicara sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan. Kelompok makhluk ini kemudian dinamakan oleh para arkeolog sebagai Neanderthal. Sebagai contoh Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo sapiens memiliki volume otak diatas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc). Maka dari itu bisa diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang lalu, telah ada sosok makhluk yang memiliki kemampuan akal yang mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam. Sebagaimana dikutip dalam www.id.wikipedia.org/wiki/evolusi/cite#
Nama makhluk yang diungkapkan para ahli arkeologi diatas kemudian dikaitkan pada pendapat para ahli mufassirin. Salah satu diantaranya adalah Syaikh Jalaluddin Ahmad Ibnu Ahmad al Mahalli dan Syaikh Jalaluddin Assuyuthi dalam kitab Tafsir Jalalin mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Banul Jaan, anah turunan Jin, yang suka berbuat kerusuhan, dan saling menumpahkan darah, dan jika Banul Jaan ini baru saja berbuat onar, maka Alloh mengutus Malaikat untuk menghukumnya. (Lihat Syaikh Jalaluddin Ahmad Ibnu Ahmad al Mahalli dan Syaikh Jalaluddin Assuyuthi, Tafsir Jalalin, Syarkah Alawy, Surabaya,  Jilid I, halaman 6)
[24] QS. Al-Qomar : 31.   Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.
[25] QS. Al-Anfal : 55 : , Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman
[26] QS. Hud : 7 :
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata."
[27] Al-Baqoroh : 164.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar